Portalio

Thursday, July 26, 2007

MARET 1306 - PERISAI

Seperti biasanya, sang Kuning agak terlambat untuk tidur.
Sulit untuk terlelap, batu–batu di kepala masih terlalu keras untuk dihancurkan.
Berat, sungguh membuat berat untuk ditanggung sendiri.
Sang pohon terlelap dan kunangpun redup.
Hati Kuning menyendiri menunaikan kewajiban padaNya.
Mereka membuat Kuning berlinang menangis.
Sedih, prihatin, adanya tak bercampur.

Sang Kuning mencoba mencorat-coret bajunya.
Baju yang sungguh masih bersih dari kotoran.
Hitam baju yang siap dirubah menjadi putih.
Coretan putih yang diharapkan akan menyertai Kuning menjadi tenang.
Tak cukup tenang, bersih ingin, damai dan bahagia ingin bersama mereka.
Bila perlu hapusan pada hitam tanpa perlu dikenang.
Hitam yang hanya membuat Kuning buta, pasif, tak dinamis, dan mati.
Namun putih yang akan membuat Kuning bersinar, seperti bintang.
Yang dapat menerangi dan merobek hitamnya malam, membuat mereka terjaga.

Sepintas nampak Kuning, pohon, dan kunang satu lingkaran.
Pohon yang memberi rasa teduh dan iyup, pun relaks.
Kunang yang memberi cahaya saat Kuning belum mampu menjadikan dirinya bersinar sendiri.
Perisai dari panas dan kehangatan saat mendingin di Hyubwaya.
Namun apa, hanya terasa kebohongan di dalam lingkaran itu.
Didih keringat melalui pori tanpa iyupnya daun-daun pohon.
Merangkak, mengendap, dan meraba tanpa arahan kunang.
Layak seorang buta, lelah, letih mencuat, hati menahan sabar.

Acuh tinggalkan Kuning dengan sisa keringnya.
Jatuh daun-daun menutup Kuning, mengotori lingkaran itu.
Panas di Hyubwaya antara ranting kering menajam Kuning.
Sang kunang memijar, menambah marah hawa panas.
Kuning pikir, terang hari tak wajar itu kunang.
Dengarkan alunan sedak pinta Kuning, perih linang air mata.
Tak kasihan kah kau pada Kuning, kalau putihnya menguap.
Apa jadi kalau linang air mata Kuning mengering, menguap merah.
Jangan sampai coretan putih itu tertutup noda hitam.
Memang cerita ini tidak tertulis di batu.

Saraf mata menjerit hingga meneteskan linang air mata.
Pendewasaan Kuning sekarang tanpa seorang ayah disisinya.
Hanya doktrin, prinsip, dan semangat yang selalu menuntunnya.
Mencoba mengerti perasaan mereka, tapi lingkaran itu lenyap.
Ah, malam ini semakin menjadi tanpa mereka.
Ya tuhan bimbing dan tuntunlah mereka . . .

No comments: